Informasi Jadwal Agenda Kegiatan Terkini

GUSDURian Makassar dan PMII UIM Gelar Diskusi: Menyoal Ironi Keterlibatan Ormas dalam Konsesi Tambang

Oleh: Afrizal Ghiffari | Republikasi dari GUSDURian

Komunitas GUSDURian Makassar bekerja sama dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Islam Makassar (UIM) Cabang Metro Makassar menggelar Roadshow Pojok GUSDURian Kampus pada Senin (28/7). Diskusi kali ini mengangkat tema “Wahabi Lingkungan dan Konsesi Tambang: Ironi di Tubuh Ormas Keagamaan” yang bertujuan membedah keterlibatan organisasi masyarakat keagamaan dalam industri tambang, serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat adat.

Kegiatan dibuka oleh Megawati, penggerak Komunitas GUSDURian Makassar. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa GUSDURian berfokus pada tiga isu utama: Demokrasi, Ekologi, dan Pendidikan Berkualitas. “Ekologi menjadi salah satu isu yang paling sering kami suarakan. Persoalan mendasar saat ini adalah kerusakan lingkungan, dan Pojok GUSDURian ini menjadi salah satu cara kami untuk terus menyuarakan keprihatinan itu,” jelasnya.

Diskusi berlangsung dinamis dengan pembahasan mendalam mengenai sejarah dan kondisi pertambangan di Indonesia, keterlibatan organisasi keagamaan dalam konsesi sumber daya alam, serta kajian etis dan teologis dari perspektif Islam terhadap eksploitasi lingkungan.

Salah satu narasumber, Danial, menyatakan kegiatan ekstraktif bukan hanya berdampak ekologis, tetapi juga menyentuh aspek keadilan sosial. “Tambang pada hakikatnya pasti mengarah pada ketimpangan struktural,” paparnya.

Sementara itu, Fahri Fajar dari Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) regional Makassar, menyoroti bahwa strategi kapitalisme menghancurkan ruang hidup masyarakat agar mereka terpaksa menjadi buruh tambang. “Tambang bukan hanya merusak alam, tetapi juga melumpuhkan komunitas lokal yang bergantung pada keberlanjutan ekologis,” tegasnya.

Diskusi ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai latar belakang kampus dan organisasi. Mereka diharapkan mampu membangun kesadaran kritis dan refleksi kolektif sebagai bentuk advokasi moral berbasis agama terhadap isu eksploitasi lingkungan.

Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama. Salah satu peserta, Apri mengungkapkan antusiasmenya, “Saya sangat senang bisa mendapatkan wawasan baru tentang isu lingkungan. Harapannya, kegiatan seperti ini terus berlanjut agar mahasiswa terus mengawal isu-isu hangat di tengah masyarakat dan memberi perspektif baru.”