Penulis: Wartini Sumarno (Anggota PMII Kota Serang, Banten) | Republikasi dari GusDurian “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely”. Kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut itu pasti korup. Begitulah bunyi kutipan terkenal dari John Emerich Edward Dalberg Acton, First Baron atau yang lebih dikenal dengan dengan nama Lord Acton, yang telah diamini banyak orang. Hal ini ...
Penulis: Fransiskus Sardi | Republikasi dari GusDurian (Catatan Jalan-Jalan Toleransi, Edisi Spesial Haul Gus Dur Januari 2025) Yogyakarta – Pada tanggal 30 Januari 2025, saya mendampingi tiga siswa dari SMA Cahaya Bangsa Utama (Kinderstation Senior High School) ikut kegiatan Jalan-Jalan Toleransi yang diadakan oleh Komunitas GUSDURian Yogyakarta di Gereja Katolik Baciro dan Masjid Jami’ Fadhli Umar. Dalam perjalanan menuju tempat kumpul, ...
Oleh: Ahsan Jamet Hamidi | Anggota Dewan Pengarah Sekber KBB Dalam sebuah acara diskusi bertema “Memperkuat Mediasi, Memperkokoh Kerukunan” yang diselenggarakan oleh PUSAD Paramadina dan Komnas HAM pada 3 Februari 2025 di Kampus Universitas Paramadina, seorang teman bertanya, “Kenapa harus ada mediasi bagi para pemeluk agama? Bukankah mereka adalah orang-orang baik yang selalu berjuang untuk mewujudkan kebaikan bagi sesama?” Pertanyaan ...
Oleh: Ahsan Jamet Hamidi (Anggota Dewan Pengarah Sekber KBB) Pada akhir tahun 2024 lalu, saya diminta untuk menjadi salah satu fasilitator dalam kegiatan Workshop Integrasi Hak Asasi Manusia (HAM) ke dalam tugas-tugas kepolisian. Kegiatan ini diselenggarakan oleh CSRC (Center for the Study of Religion and Culture, Pusat Kajian Agama dan Budaya) UIN Jakarta dan KOMNAS HAM. Sekitar 35 perwira dari ...
Oleh: Muna Rakhmatin | Republikasi dari GUSDURian “Ada perlu apa, hah? Sudahlah, nggak usah punya urusan sama Cina. Apalagi Cina yang masih suka bakar dupa. Bisa-bisa sampeyan nanti dapat masalah.” Begitu melihat kami, Cik Ellen melambai, menyuruh kami masuk ke tokonya yang sumpek itu. “Itu lho, Yu Marni, kasihan si Koh Cayadi. Ada yang lapor ke tentara, kalau dia suka ...
Oleh: Ahsan Jamet Hamidi | Republikasi dari Suara Aisyiyah Saya pernah bekerja di sebuah lembaga yang tidak terafiliasi dengan agama tertentu. Suatu hari, supervisor saya yang kebetulan seorang perempuan expatriate bertanya dengan tulus. Dia ingin memahami budaya busana perempuan Indonesia. Dia bertanya, “Kenapa istrimu memakai jilbab?” “Saya menghormati pilihan pakaian istri saya. Selama dia merasa lebih aman dan nyaman mengenakan jilbab, ya ...
Oleh: Fadhil Reyhan | Republikasi dari Jakatarub Dalam diskusi filsafat politik modern, dua nama besar yaitu Karl Popper dan John Rawls menawarkan perspektif berbeda tentang toleransi yang hingga kini masih menjadi bahan diskusi mendasar dan mendalam yang mencerminkan fokus dan pendekatan unik masing-masing pemikir. Karl Popper, dalam bukunya The Open Society and Its Enemies (1945), memperkenalkan gagasan paradoks toleransi. Ia berpendapat bahwa toleransi ...
Oleh: Silvia Wulan Syafitri (Mahasiswi Program Studi Manajemen, Universitas Jember) Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan bagaimana pengalaman saya selama mengikuti kegiatan kunjungan pada Gereja Santo Yusup Jember. Dimana pada kunjungan ini saya mendapatkan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan. Dari kunjungan ini saya juga bisa mengetahui bagamana cara peribadatan umat Katolik serta susunan ...
Oleh: Tedi Kholiludin | Republikasi dari ELSA Online Sidang Raya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ke-18 memilih Pendeta Jackvelyn Frits Manuputty sebagai Ketua Umum. Bertempat di Auditorium Universitas Kristen Indonesia Toraja, Kota Rantepao, Sulawesi Selatan pada 12 November 2024, Pendeta Jacky Manuputty terpilih secara aklamasi. Terpilihnya Jacky Manuputty sejatinya sudah terprediksi jauh-jauh hari. Aktivis perdamaian asal Ambon tersebut punya rekam ...
Oleh: Risdo Simangunsong | Republikasi dari Jakatarub Penjelasan soal hubungan agama dan negara di Indonesia sering kali ditempuh dengan vita negativa: “Indonesia bukan negara agama, tapi juga bukan negara sekuler.” Pemilihan “dua bukan” ini, merupakan jalan kompromi para pendiri bangsa kita, antar kelompok sekuler, utamanya kalangan kiri dan nasionalis-sekuler dengan kelompok religius, utamanya kalangan nasionalis-religius dan kelompok Islam. Konsep “bukan negara agama” tentu ...