Republikasi dari GUSDURian
Perempuan berkacamata dengan kesibukan bekerja sekaligus berkomunitas yang bergerak di isu keberagaman, kesetaraan gender, dan inklusi sosial itu bernama Gresy Kristriana Purba. Ia memulai kariernya sebagai tutor di House of Learning ABC tahun 2017. Tahun berikutnya menjadi guru untuk siswa difabel di Homeschooling Primagama Cibubur hingga tahun 2020. Saat ini, Gresy menjadi Project Officer di Indorelawan.
Pengalaman menjadi fasilitator, dimulai saat ia menjadi fasilitator untuk Program CREATE (Creative Youth for Tolerance) oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial di Bogor dan Bandung pada tahun 2020 sampai dengan awal 2023. Dirinya bertanggung jawab sebagai konsultan fasilitator selama 2 tahun 5 bulan untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi, kesetaraan gender, dan inklusi sosial melalui kegiatan seni dan budaya dengan siswa, guru, orang tua dan komite sekolah di 9 SMA mitra.
Di beberapa tahun yang sama, Gresy juga menjadi Fasilitator Bootcamp “Becoming A Problem Solver” di Indika Foundation pada tahun 2021. Tugasnya bertanggung jawab memberikan fasilitasi selama 3 bulan secara daring untuk kegiatan kepemimpinan orang muda (usia 15 – 30 tahun) yang menjadi konsultan pemecah masalah sosial di masyarakat mengenai isu keberagaman dan organisasi kemasyarakatan.
Meski pernah dan beberapa kali mengikuti pelatihan dan menjadi fasilitator, Gresy mengaku mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru saat menjadi peserta Training of Fasilitator (TOF) Youth Camp Muda Toleran yang diselenggarakan oleh Jaringan GUSDURian Indonesia.
“Banyak catatannya dan jadi banyak belajar soal memfasilitasi. Beda pelatihan ternyata beda metode dan substansi. Lebih-lebih paradigma fasilitasi di isu kebergaman memang lebih menarik. Karena sebagai fasilitator yang baik perlu banyak mendalami dan memahami tidak hanya soal isunya, tetapi pengalaman unik dari setiap pesertanya,” imbuh perempuan yang pernah menjadi Mentor untuk Program Work In Tech (WIT) Yayasan Plan International Indonesia dan QED Research Consulting itu, Senin (30/1/2024).
Narasumber pada kegiatan “Unity in Diversity” di SMP Kesatuan Bogor itu menyebutkan, di TOF belajar tentang cara mengenal yang berbeda, unity in diversity, materi Gus Dur dan keadilan, teori dan praktik analisis iceberg dan u-process.
“Terus aku juga banyak mempraktikkan tentang social presencing theater, rethinking mental model, redesigning dan juga bagaimana menjadi penggerak keberagaman. Oh ya, aku juga banyak belajar tentang paradigma fasilitator terus insight-insight yang aku dapat selama pelatihan seperti membebaskan dan juga memanusiakan sesama,” kata peserta “Program Pertukaran Pelajar” berskala nasional yang diselenggarakan oleh SabangMeruake itu.
Ia menambahkan, menjadi peserta TOF juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi fasilitator di kegiatan yang sama di lokasi dan peserta yang berbeda. Gresy menjadi Fasilitator Youth Camp Muda Toleran tahun 2023 di Makassar.
“Itu menjadi pengalaman yang sangat berharga sekaligus menambah jam terbang sebagai fasilitator keberagaman,” kesan Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Hubungan Internasional itu.
Pengalaman berharga sebagai fasilitator itu dibagikan menjadi konten di Instagram miliknya, @gresykrist. Misalnya konten dengan judul “Serba-serbi Fasilitator: Edisi Merayakan Keberagaman”. Konten itu mengulas pelajaran yang ia dapatkan. Yakni pentingnya memperlajari konteks wilayah peserta pelatihan. Kemudian merasakan suasana, tata letak, suhu, dan lain-lain di lokasi kegiatan. Selanjutnya berusaha membuat kesan bermakna, maintain energy, dan secara khusus dirinya selalu mencatat apa yang telah dilakukan selama menjadi fasilitator. Terakhir, dari berbagai usaha di atas, dilakukan refleksi dengan harapan dapat menemukan kesadaran baru yang lebih baik.
Perihal tahun politik, Gresy berharap anak-anak muda memahami dan menggali Asset Based Thinking dalam dirinya masing-masing. Sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk lingkungan terdekat terlebih dahulu. Setelah itu, melakukan kerja-kerja keberagaman bersama-sama. Sebab kerja-kerja keberagaman bukan merupakan tugas satu orang ataupun tugasnya para pegiat ataupun aktivis, ataupun kerjanya para komunitas ataupun organisasi. Tapi kerja gotong royong semua pihak.
“Aku ingin mengajak orang-orang muda untuk lebih kritis dan juga bijak memilih dalam menentukan pemimpin bangsa ini. Kita harus memiliki kontribusi yang besar dalam menentukan masa depan bangsa pada era bonus demografi di era saat ini,” pungkas perempuan yang pernah menjadi Liaison Officer di Incredible India Education Fair itu.
Semua di atas dilakukan sebab Gresy menyadari betapa sedikitnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk menghadapi kehidupan yang terus tumbuh dan bergerak dengan sangat dinamis bahkan sulit diramal. Sehingga menjadi penting untuk terus belajar dalam setiap aktivitas sosial dan pekerjaan yang saat ini dilakukan.
Leave a Reply