Republikasi dari Taylor & Francis Online
Judul Asli: How violence and fear constrain international religious freedom diplomacy: Lessons from the case of Asia Bibi
Penulis: Anne Jenichen & Tusharika Deka
Abstrak:
Banyak pemerintah di negara-negara Barat mulai mengintegrasikan perlindungan kebebasan beragama ke dalam kebijakan luar negeri mereka. Namun, penelitian mengenai pelaksanaan kebijakan tersebut masih terbatas dan sebagian besar berfokus pada dampak umumnya serta alasan mengapa kebijakan itu sering kali tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Kami berpendapat bahwa pelaksanaannya perlu dikaji melalui studi kasus spesifik di mana pemerintah berhasil melakukan diplomasi kebebasan beragama. Karena itu, kami menggunakan kampanye internasional untuk membebaskan Asia Bibi—seorang perempuan Kristen di Pakistan yang dijatuhi hukuman mati atas tuduhan penistaan agama—untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana pemerintah dapat berhasil menerapkan kebijakan kebebasan beragama internasional, khususnya dalam konteks di mana agama sangat dipolitisasi? Apa saja kendala spesifik dari diplomasi kebebasan beragama internasional dalam konteks yang sarat emosi semacam itu?
Berdasarkan berbagai data kualitatif, artikel ini mengidentifikasi pelajaran penting dari studi kasus tersebut untuk memperkaya kampanye di masa depan, seperti pentingnya diplomasi tertutup dalam menghadapi reaksi kekerasan. Kajian ini berkontribusi pada literatur tentang diplomasi hak asasi manusia oleh pemerintah dengan menekankan peran uncivil society (kelompok masyarakat yang intoleran atau menentang nilai-nilai sipil) dan emosi ketakutan yang membatasi ruang gerak pemerintah, baik di negara sasaran maupun di antara para diplomat yang terlibat.
Untuk membaca artikel secara utuh silakan kunjungi tautan berikut: https://doi.org/10.1080/14754835.2025.2561602
Editor: Andrianor









Leave a Reply