Sebagai pemantik Diskusi Virtual Bulanan Maret 2025 ini, kami menghadirkan tiga tulisan dari dua narasumber. Tulisan Pertama, Gereja Buldoser, Made Supriatma, menulis, “Melihat apa yang terjadi di Maumere, saya tiba-tiba berpikir: tidakkah ini sesungguhnya persoalan kelas? Para klerus [demikian orang Katolik menyebut orang-orang yang duduk dalam hierarki Gereja] sesungguhnya adalah tuan tanah. Merekalah golongan kaya di Pulau Bunga [Flores] ini. Mereka adalah kelas literati, kelas terdidik.”
Tulisan kedua dari Tamara Soukotta, Nangahale dan Cerita Kaum yang Ditindas di Bumi Flores. Bagi Soukotta, penggusuran/eksekusi lahan yang dilakukan oleh PT Kristus Raja Maumere hanyalah satu dari sekian banyak cerita soal pengalaman kelompok masyarakat adat berhadapan dengan kekerasan yang berulang dan ketertindasan yang terstruktur, baik di Indonesia, bahkan di dunia secara umum.
Tulisan ketiga adalah artikel jurnal karya Venansius Haryanto dan Tamara Soukotta, “The Indonesian (MOdern/Colonial) Dream of Development”, yang terbit di The European Journal of Development Research, 9 Desember 2024. Dalam artikel jurnal ini, kedua penulis merefleksikan penolakan masyarakat adar Manggarai terhadap ‘Pembangunan’, sebagai upaya dekolonisasi. Bagi kedua penulis, ‘Pembangunan’ yang dilakukan di Manggarai dan banyak wilayah lain di Indonesia berlangsung dalam kogika kolonialisme dan rasisme.
Unduh artikel di bawah ini:
Leave a Reply